New Post

Saturday, October 7, 2017

Bukan Sekadar Hijau, Kebun Raya Bogor Penuh Warna-Warni!

Pada awalnya, saya kurang begitu antusias dengan perjalanan ke Kebun Raya Bogor ini. Terakhir kali saya ke sana adalah ketika masih di bangku kuliah. Rasanya akan membosankan karena yang dilihat hanya pohon, pohon, dan pohon. Setidaknya, itu yang saya ingat dari kunjungan sekitar 17 tahun yang lalu, yang pada dasarnya sudah tidak bisa dijadikan patokan karena sudah lama sekali.

Mengingat suami, anak, dan ibu mertua belum pernah ke sana, pada akhirnya tetap berangkat ke Bogor. Perjalanan menuju Bogor ditempuh dengan menumpang Commuter Line. Sesampai di Stasiun Bogor, perjalanan dilanjutkan dengan menaiki angkot. Ada 2 pilihan angkot, nomor 2 dan nomor 3. Dengan menempuh waktu kurang lebih 5 menit, kami pun sampai di pintu 3 Kebun Raya yang berada persis di seberang Mall Lippo. Setelah membayar tiket sebesar Rp.15.000,- per orang (anak saya yang berumur 2 tahun lebih gratis), petualangan menjelajahi kebun berukuran sekitar 87 hektar ini pun dimulai.


Semula, kebun raya ini adalah sebuah taman sebagai bagian dari Istana Bogor. Pada saat itu, istana Bogor ditempati oleh Gubernur Thomas Stamford Raffles bersama istrinya Olivia Raffles. Raffles kemudian menugaskan Prof Caspar George Carl Reinwardt untuk mengurus taman tersebut. Seiring waktu dengan semakin banyaknya tanaman yang dikembangkan di taman tersebut, muncul ide untuk menjadikannya sebagai sebuah kebun raya. Kebun Raya Bogor pun secara resmi berdiri pada 18 Mei 1817 atas persetujuan Gubernur Jenderal Baron van der Capellen. 
Lapangan rumput yang berlokasi tak jauh dari pintu 3
Memasuki Kebun Raya Bogor dari pintu 3 ini, berbagai macam rupa pepohonan di kiri dan kanan jalan menjadi suguhan. Terdapat juga sebuah lapangan rumput yang dipenuhi oleh daun-daun yang berguguran. Tempat ini sungguh tenang, cocok bagi yang berkunjung ke sini untuk bersantai dari hiruk pikuk kehidupan kota. 

Sebuah griya yang memamerkan berbagai koleksi anggrek juga dapat dijumpai di sisi kiri jalan sekitar beberapa ratus meter dari pintu masuk 3. Bagi para penggemar tanaman hias tersebut, wajib untuk mampir ke griya ini.

Menyusuri jalan sekitar 20 menit, kami pun sampai di Jembatan Surya Lembayung. Sungai Ciliwung mengalir di bawah jembatan ini. Setelah menyebrangi jembatan, kami berbelok ke kiri dan menyusuri pinggir sungai sampai bertemu sebuah jembatan lagi. Jembatan gantung berwarna merah ini merupakan salah satu ikon Kebun Raya Bogor. Terdapat sebuah mitos, jika seseorang melintasi jembatan merah ini bersama pasangannya maka hubungannya akan kandas. Saya pun agak ngeri menyebrangi jembatan ini. Bukan karena mitos itu! Saya tidak percaya dengan mitos-mitos seperti itu. Namanya saja jembatan gantung, jembatan akan sedikit bergoyang-goyang saat dilewati. Perasaan was-was dan ngeri berkecamuk saat melintasi jembatan tersebut. Itu pun sambil menggendong putra saya Santiago. Perlu diperhatikan, jumlah maksimal yang diperbolehkan dalam melintasi jembatan secara bersamaan adalah 10 orang, seperti tercantum di bagian atas gerbang jembatan.  
Jembatan gantung merah
Tak jauh dari jembatan gantung merah, terdapat sebuah masjid. Kami pun mampir di sana untuk menunaikan sholat Zuhur. 

Selesai menunaikan sholat, kami menuju resto Grand Garden untuk makan siang. Resto ini berada di seberang masjid. Menu yang ditawarkan di resto ini cukup bervariasi mulai dari yang tradisional hingga internasional. Harga makanannya sendiri kurang begitu ramah dengan kantong. Seporsi nasi goreng yang saya pesan harganya Rp. 35.000,-. Mahal tetapi impas dengan rasanya yang lumayan enak. Konsep restorannya terbuka sehingga kita masih bisa menikmati keindahan taman yang berada di depannya meskipun memilih bangku di dalam.
Resto Grand Garden
Perut sudah terisi, petualangan pun dilanjutkan dengan menyusuri Taman Astrid. Taman yang berada persis di depan resto Grand Garden ini dibangun pada tahun 1929 untuk menyambut kedatangan Ratu Astrid dari Belgia. Nama Ratu Belgia tersebut juga disematkan di jalanan di depannya. Di bagian tengah jalan ditanami bunga tasbih yang berwarna merah dan kuning serta daun berwarna merah kehitaman layaknya kombinasi warna pada bendera Belgia.
Sebuah kolam di Taman Astrid
Salah satu bagian yang cukup menarik dari Taman Astrid ini adalah sebuah kolam dengan air mancur di tengahnya. Teratai-teratai raksasa yang mengapung di atasnya makin mempercantik kolam tersebut. Tempat ini cocok untuk leyeh-leyeh sambil duduk-duduk di atas rumput yang berada di sekililingnya.

Kami tidak berlama-lama di taman ini karena cuaca cukup panas dan Santiago pun kelihatannya sudah lumayan capek. Sebelumnya dia semangat sekali jalan kaki, tetapi selepas dari Taman Astrid ini minta digendong. Sebenarnya, Kebun Raya ini bisa dikelilingi dengan menaiki mobil wisata dengan rute bermula dari Kolam Gunting. Saya perhatikan mobil wisata ini tidak berhenti di spot-spot tertentu tetapi terus berjalan sehingga tentu kita kurang bisa menikmati apa yang ditawarkan oleh Kebun Raya ini. Selain mobil wisata, juga terdapat penyewaan sepeda.

Dari Taman Astrid, kami melanjutkan perjalanan dengan melewati dua jembatan putih. Setelah jembatan kedua, kami berbelok ke kiri dan terus menyusuri jalan. Dengan menempuh waktu sekitar 10 menit, sampai lah kami di sebuah monumen berwarna putih. Monumen berbentuk lingkaran dengan ditopang oleh 8 tiang tersebut adalah Monumen Lady Raffles. Sebuah memorial yang dibangun oleh Thomas Raffles untuk mengenang istrinya Olivia Mariamne Raffles. Olivia Raffles meninggal pada tahun 1814 di Bogor karena terjangkit malaria. Kebun Raya ini merupakan salah satu tempat favorit sang Lady. Sebuah puisi karya Olivia menghiasi prasasti yang terdapat di bagian tengah monumen tersebut.  
Monumen Lady Raffles
Tepat di belakang Monumen Lady Raffles, terdapat sebuah kolam. Katanya, jika dilihat dari atas, bentuk kolam ini menyerupai gunting. Saya sungguh terkesan dengan desain Kolam Gunting ini. Perpaduan antara ubin-ubin berbentuk persegi dan bangku-bangku melengkung di sepanjang pinggir kolam memberi kesan modern dan minimalis. Air mancur yang terdapat di tengahnya melengkapi kecantikan kolam ini. Kolam juga dapat disusuri dengan menaiki perahu. Hal yang wajar ketika Kolam Gunting ini mulai menjadi salah satu tempat favorit di Kebun Raya Bogor.
Kolam Gunting

Terus berjalan menyisir tepianKolam Gunting, perlahan-lahan sebuah bangunan putih mulai terlihat. Bangunan tersebut adalah Istana Bogor. Bagian yang terlihat dari kolam gunting tersebut merupakan pekarangan belakang dari Istana Bogor. Pada bagian ini, bunga teratai menutupi hampir seluruh permukaan Kolam Gunting. Terdapat 2 hal menarik di sini yaitu tugu Reindwardt dan patung Little Mermaid.
Istana Bogor
Tugu Reindwardt merupakan penghuni baru di sini. Diresmikan tahun 2016, tugu ini dibangun untuk mengenang Prof Reindwardt sebagai pendiri Kebun Raya Bogor. Mengedarkan pandangan ke seberang kolam, sebuah patung Little Mermaid tertangkap di mata. Sebuah patung yang persis seperti patung Little Mermaid yang menjadi ikon kota Copenhagen di Denmark. Hanya saja Little Mermaid di Kebun Raya ini ukurannya lebih kecil. Dalam rangka memperat persahabatan dengan Indonesia, kerajaan Denmark menghadiahi patung tersebut pada tahun 1958.    
Tak terasa sudah 3,5 jam kami berada di Kebun Raya Bogor. Santiago pun sudah terlelap dalam gendongan ayahnya. Kami pun berbalik dan menyusuri lagi kolam Gunting untuk kemudian keluar lewat pintu utama. Kolam Gunting ini terletak tak jauh dari pintu utama. Begitu keluar gerbang, beberapa angkot sudah berjejer menunggu penumpang. Pintu utama ini berseberangan langsung dengan Lawang Suryakencana yang terkenal sebagai salah satu tempat kuliner Bogor. Kami tidak mampir ke sana, tetapi langsung menaiki salah satu angkot untuk kembali ke Stasiun Bogor.

Ternyata, jika ditelusuri secara seksama, Kebun Raya Bogor bukan lah sekadar pohon, pohon, dan pohon. Hijaunya pepohonan berpadu harmonis dengan warna-warni taman-taman yang cantik dan kolam-kolam yang menyejukkan mata. Kebun kebanggaan masyarakat Bogor yang beberapa bulan lalu merayakan hari jadinya yang ke-200 ini sudah banyak bersolek. Pingin short escape dari riuhnya kehidupan kota, datanglah ke Kebun Raya Bogor!  

No comments:

Post a Comment