New Post

Monday, March 29, 2021

Ke Olimpico, Aku Kan Kembali!

Pagi-pagi sekali saya sudah selesai mengepak ransel. Ini adalah hari kedua saya di Roma, sekaligus hari terakhir. Hari ini saya khususkan untuk mengunjungi stadion Olimpico, rumah dari klub yang sudah saya dukung sejak dari bangku SMP, SS Lazio. Ini salah satu alasan saya berada di ibukota Italia ini.

***

Beberapa minggu sebelumnya saya memberanikan diri untuk memesan tiket penerbangan dari Madrid ke Roma. Tiket sudah di tangan, tetapi perasaan tidak tenang terus menghantui. Apa pasal? Visa yang saya pegang adalah visa Spanyol, bukan Schengen. Sebuah kekhawatiran muncul visa tersebut tidak bisa digunakan untuk mengunjungi negara Eropa di wilayah Schengen lainnya. 


Sebelumnya saya memang sudah bertanya perihal ini kepada Kepala Bagian Visa di Kedubes Spanyol di Jakarta. Beliau memberitahukan bahwa visa tersebut valid di semua negara Schengen. Namun tetap saja belum bisa membuat saya tenang karena kadang kenyataan di lapangan tidak seperti yang kita harapkan. 


Bandara Barajas cukup ramai pada saat hari keberangkatan saya ke Roma. Terlihat beberapa antrian yang cukup panjang di depan konter cek in. Saya menjejalkan diri di salah satu antrian sambil terus berdoa semoga tidak ada masalah dengan visa. Ketika giliran tiba, dengan sigap saya langsung menyodorkan passport, tiket, dan hasil cetak boarding pass ke petugas konter. Petugasnya hanya diam sambil memeriksa dokumen perjalanan saya tersebut, tak lama berselang dia mengembalikan semua dokumen tersebut. Sebuah senyuman langsung terukir di bibir, rasanya pingin loncat-loncat. Beberapa jam lagi saya bisa menjejakkan kaki di Roma.  

***

Olimpico dari jembatan Sungai Tevere

Mencapai Olimpico dengan menggunakan transportasi umum tidak begitu sulit. Naik metro line A, turun di stasiun Flaminio. Setelah itu naik tram nomor 2 yang perhentiannya berada tak jauh dari stasiun Flaminio tersebut dan kemudian turun di perhentian terakhir, Piazza Mancini. Dari sini, cukup jalan kaki sekitar 5 menit dengan menyeberangi sungai Tevere untuk mencapai stadion.

Gerbang hijau menuju Curva Nord

Pintu gerbang Olimpico dibagi 2, satu menuju ke Curva Nord yang merupakan sektor bagi Laziale, dan satu lagi menuju Curva Sud sebagai sektor bagi Romanista. Namun pembagian ini tampaknya hanya bertujuan untuk memisah antrian masuk antara pendukung Lazio dan AS Roma saja, pasalnya setelah melewati gerbang ini tidak ada pemisahan. Ini adalah gerbang untuk memasuki area luar stadion. Sedangkan untuk masuk ke dalam stadion terdapat gate lagi yang sudah dibagi-bagi sesuai dengan tiket yang dimiliki. 


Olimpico di saat liga sedang libur

Saat itu, stadion cukup sepi karena memang bukan di hari pertandingan dan liga juga sedang libur. Namun saya membayangkan tetap bisa masuk ke dalam stadion karena biasanya klub-klub sepak bola menyediakan fasilitas tur stadion untuk pendukungnya. 


Saya pun berjalan menyusuri sisi luar stadion mencari-cari kemungkinan tempat penjualan tiket tur stadion. Ketika melihat beberapa petugas yang berada di salah satu pos menuju pintu masuk, saya pun langsung menghampiri mereka. Sayangnya, jawaban yang saya dapat tidak sesuai dengan harapan. Tidak ada tur stadion di Olimpico. Saya tidak patah arang, saya mencoba bertanya lagi apakah saya boleh masuk ke stadion karena pos ini tampaknya memang salah satu pintu masuk menuju stadion. “No,” jawab si petugas untuk kedua kalinya.


Sebagian besar stadion sepak bola di Italia adalah milik pemerintah yang disewa oleh klub, termasuk Olimpico. Mungkin ini salah satu alasan kenapa Lazio memilih tidak menyediakan tur stadion. Padahal kalau dipikir, tur stadion ini sebenarnya bisa menjadi tambahan pemasukan untuk klub.


Saya pun meninggalkan pos tersebut dengan penuh kekecewaan. Saya berjalan sambil memerhatikan sisi-sisi luar stadion. Langkah saya terhenti ketika pandangan saya tertumbuk pada sebuah pintu hijau yang tampak sedikit terbuka tanpa ada penjagaan. Pikiran liar mulai merasuki, sepertinya saya bisa menyusup ke dalam stadion lewat pintu itu.


Pintu masuk menuju Curva Nord

Pada akhirnya saya memilih tidak mengeksekusi ide gila tersebut. Anggap saja saya masih ada alasan untuk bisa kembali ke ibukota Italia ini suatu saat, tentu saja untuk menonton langsung pertandingan si biru langit ini.


Untuk sedikit menghibur diri, saya melangkahkan kaki menuju sebuah stadion kecil yang berada persis di samping Olimpico. Stadion ini juga dilengkapi dengan sebuah lintasan atletik mini. Yang unik adalah 60 buah patung atlet dari marmer yang terpancang mengelilinginya.


Stadion kecil di utara Olimpico

Sebelum meninggalkan Olimpico, saya sempat mampir ke sebuah kios kecil di pinggir sungai Tevere. Kios ini persis berada di seberang stadion dan menjual pernak-pernik tidak resmi klub. Hanya ada satu kios ini, kemungkinan pedagang-pedagang lain menggelar lapaknya hanya di hari pertandingan saja. Di Olimpico pun juga tidak ada toko resmi klub. Saya pun memutuskan untuk membeli sebuah scarf bertuliskan, “Tifare e’ un dovere di tutti. Riuscirci e’ un onore di pochi. I nostril cuori. Battono per te.


Saya berjalan kembali menyeberangi sungai Tevere, meninggalkan Olimpico. Berat rasanya kaki ini untuk melangkah karena entah kapan saya bisa kembali menjejakkan kaki di sini. Ke Olimpico, aku kan kembali. Suatu saat nanti, walaupun apa yang kan terjadi!

Toko merchandise Lazio di dekat Stasiun Termini

Saya masih memiliki satu misi lagi, menyambangi sebuah toko yang berada tidak jauh dari stasiun Termini. Secara tidak sengaja saya melihat toko tersebut ketika bis yang membawa saya dari bandara ke stasiun Termini sehari sebelumnya melintas di depannya. Toko tersebut berada di Via Farini dan mereka menjual merchandise resmi Lazio. Karena di Olimpico tidak ada toko resmi klub, saya pun memutuskan untuk membeli jersey di toko tersebut.

 

No comments:

Post a Comment