New Post

Saturday, July 15, 2017

5 Jajanan Khas Bukittinggi yang Selalu Ngangenin

Saban pulang kampung, salah satu hal yang wajib dilakukan adalah mencicipi makanan yang sudah lama dikangenin. Begitu pula saya, penjual dari jajanan yang sudah sangat dirindukan tersebut langsung disamperin satu per satu. 

Sebagai informasi, jajanan-jajanan ini 100% asli Minang tetapi belum tentu 100% khas Bukittinggi. Yang pasti, rasanya 100% khas Bukittinggi dan kalau dibeli di kota lain di Sumatera Barat akan berbeda rasanya di lidah. 


Berikut, 5 jajanan khas Bukittinggi yang selalu ngangenin versi saya. 

Pisang Kapik aka Pisang Panggang Sarikaya
Pisang Kapik
Ini adalah jajanan saya sedari kecil. Pisang Kapik ini merupakan pisang kepok yang dibakar (kalau di Bukittinggi namanya pisang batu), kemudian pisangnya dikepit (digepengin) dengan semacam alat dari kayu. Karena itu lah namanya pisang kapik (dalam bahasa Minang, kapik itu berarti kepit). Sebagai pelengkap, di atas pisangnya ditaburi semacam serundeng (kelapa parut yang dicampur gula merah). Biasanya, saya beli pisang kapik ini di Pasar Atas, dekat janjang 40. Satu pisang harganya Rp. 5.000.

Sate
Sate
Sate selalu menjadi kuliner wajib saat pulang kampung. Favorit saya adalah sate Laysir di Aur Kuning. Lokasi cukup dekat dengan rumah saya, cukup jalan kaki selama 5 menit. Kenapa sate ini ngangenin? Belasan tahun tinggal di Jakarta, belum satu pun saya menemukan sate padang dengan daging seperti kebanyakan sate di Bukittinggi. Istilahnya daging bumbu. Harga satu porsi sate Rp. 15.000. Sebelum terkenal, sate Laysir ini grobakan dan rumahnya persis di belakang rumah saya. Pada saat itu, belinya langsung lewat jendela saja.

Cendol
Cendol
Beda dengan cendol Bandung yang berwarna hijau, cendol ini warnanya coklat. Terbuat dari tepung sagu, biasa disajikan dengan ampiang dan lopis. Penjual cendol ini sangat banyak sekali pada saat bulan Ramadhan. Di saat bukan bulan puasa, sepertinya agak susah nenemukan penjual cendol ini. Dengan merogoh kocek Rp. 6.000,  si segar dan manis ini sudah dapat dinikmati.

Bika

Bika merupakan semacam kue yang terbuat dari tepung beras yang dicampur santan, kelapa parut, dan gula. Bika dicetak dengan menggunakan alat dari tanah liat dan dimasak melalui proses pembakaran. Jajanan ini tidak terlalu khas Bukittinggi. Pelopor penjual bika ini berasal dari Koto Baru, sebuah daerah yang bisa dibilang sebagai gerbang untuk masuk ke Bukittinggi. Jadi kalau dari arah Padang Panjang menuju Bukittinggi, kita akan melewati Koto Baru. Pas perjalanan pulang ke Bukittinggi dari bandara, saya mampir ke salah satu penjual bika yang terkenal di Koto Baru. Tetapi entah kenapa rasanya hambar, dan sepertinya kurang fresh. Apa mungkin karena penjualannya sepi sehingga kualitas rasanya ikut menurun. Entah lah.. Satu bika dihargai Rp.3000. Tiga tahun sebelumnya, saya pernah membeli bika di Pasar Bawah (di depan Masjid Agung) karena tidak sempat membelinya di Koto Baru. Nah, yang saya beli di sini enak. Rasanya manis gurih sesuai dengan harapan saya.    

Katupek pical

Katupek pical merupakan sejenis ketupat sayur yang dicampur dengan sayur dan mie kuning yang diberi bumbu kacang. Minus santannya, makanan ini cukup sehat karena full sayuran tanpa telor seperti kebanyakan ketupat sayur di Jakarta. Kadang saya beli ketupat dengan picalnya (sayuran + bumbu kacang) saja, tanpa dikasih kuah santan. Harga bervariasi dari Rp.7000 hingga Rp.10.000. 

Dua jajanan terakhir lupa difoto, jika penasaran bisa googling langsung.

Selain 5 jajanan di atas, tentunya masih banyak jajanan enak lainnya dari kota Bukittinggi seperti kripik sanjai, karak kaliang, bubur kampiun, kerupuk kuah, kalamai, dan lainnya. Tetapi yang selalu ngangenin buat saya adalah 5 jajanan di atas. Kalau jalan-jalan ke Bukittinggi, jangan lupa cicipi jajanan di atas yah..

No comments:

Post a Comment